قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ (1) مَلِكِ
النَّاسِ (2) إِلَهِ النَّاسِ (3) مِنْ شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ (4)
الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ (5) مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ (6)
1. Katakanlah,
"Aku berlidung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. 2.
Raja manusia. 3. Sembahan manusia. 4.
Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi, 5.
Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin
dan manusia. 6. Dari (golongan) jin dan
manusia."
Pendahuluan :
Menurut
pendapat para ulama di bidang tafsir, diantaranya Ibnu Katsir, Asy Syafi’i dan
Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’dy bahwa surat An-Naas termasuk golongan surat
Makkiyah (turun sebelum hijrah).
Surat An
Naas merupakan salah satu Al Mu’awwidzataini. Yaitu dua surat yang mengandung
permohonan perlindungan, yang satunya adalah surat Al Falaq.
à
Kedua surat ini memiliki kedudukan yang tinggi diantara surat-surat yang
lainnya. Rasulullah SAW bersabda:
أُنْزِلَ أَوْ أُنْزِلَتْ عَلَيَّ آيَاتٌ لَمْ
يُرَ مِثْلُهُنَّ قَطُّ الْمُعَوِّذَتَيْنِ
“Telah
diturunkan kepadaku ayat-ayat yang tidak semisal dengannya yaitu Al
Mu’awwidataini (surat An Naas dan surat Al Falaq).” (Muslim no. 814, Tirmidzi
no. 2827, Nasa’i no. 944)
à
Setelah turunnya dua surat ini, Rasulullah SAW mencukupkan keduanya sebagai
bacaan (wirid) untuk membentengi diri dari pandangan jelek jin maupun manusia.
(Tirmidzi no. 1984, dari shahabat Abu Sa’id ra)
à
Namun bila disebut Al Mu’awwidzat, maka yang dimaksud adalah dua surat ini dan
surat Al Ikhlash. Al Mu’awwidzat, salah satu bacaan wirid/dzikir yang
disunnahkan untuk dibaca sehabis shalat. Shahabat ‘Uqbah bin ‘Amir membawakan
hadits dari Rasulullah SAW, bahwa beliau SAW bersabda:
اقْرَأُوا الْمُعَوِّذَاتِ فِيْ دُبُرِ كُلِّ
صَلاَةٍ
“Bacalah Al Mu’awwidzat pada setiap sehabis shalat.” (Abu Dawud no. 1523, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah no. 1514)
“Bacalah Al Mu’awwidzat pada setiap sehabis shalat.” (Abu Dawud no. 1523, dishahihkan oleh Asy Syaikh Al Albani dalam Ash Shahihah no. 1514)
à Al
Mu’awwidzat juga dijadikan wirid/dzikir di waktu pagi dan sore. Nabi saw
bersabda: “Barangsiapa yang membacanya sebanyak tiga kali diwaktu pagi dan
sore, niscaya Allah subhanahu wata’ala akan mencukupinya dari segala sesuatu”.
(Abu Daud no. 4419, Naasaa’i no. 5333, dan Tirmidzi no. 3399)
à
Demikian pula disunnahkan membaca Al Mu’awwidztat sebelum tidur. Caranya, membaca
ketiga surat ini lalu meniupkan pada kedua telapak tangannya, kemudian
diusapkan ke kepala, wajah dan seterusnya ke seluruh anggota badan, sebanyak
tiga kali. (Bukhari 4630
à Al
Muawwidzat juga bisa dijadikan bacaan ‘ruqyah’ (pengobatan ala islami dengan
membaca ayat-ayat Al Qur’an). Dipenghujung kehidupan Rasulullah saw, beliau
dalam keadaan sakit. Beliau meruqyah dirinya dengan membaca Al Muawwidzat,
ketika sakitnya semakin parah, maka Aisyah yang membacakan ruqyah dengan Al
Muawwidzat tersebut. (Al Bukhari no. 4085 dan Muslim no. 2195)
Hubungan surat An-Naas dengan surat
sebelumnya
◦
Kedua-duanya
sama-sama mengajarkan kepada manusia, hanya kepada Allah-lah menyerahkan diri
dari segala kejahatan
◦
Surat
Al-Falaq memerintahkan untuk memohon perlindungan dari segala bentuk kejahatan,
sedang surat An-Naas memerintahkan untuk memohon perlindungan dari jin dan
manusia.
Tafsir ayat :
قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ النَّاسِ
“Katakanlah
(Wahai Muhammad): “Aku berlindung kepada Rabb manusia.”
مَلِكِ النَّاسِ
“Raja
manusia.”
إِلَهِ النَّاسِ
“Sembahan
manusia.”
Tiga ayat
diatas merupakan sebuah tarbiyah ilahiyah, Allah memerintahkan kepada Nabi-Nya
untuk memohon perlindungan hanya kepada-Nya. Karena Dia adalah:
* Rabb (yaitu sebagai pencipta, pengatur, dan pemberi rizki),
* Al Malik (pemilik dari segala sesuatu yang ada di alam ini),
* Al Ilah (satu-satunya Dzat yang berhak diibadahi).
à Dengan ketiga sifat Allah SWT ini, Nabi Muhammad diperintah untuk memohon perlindungan hanya kepada-Nya, dari kejelekan was-was yang dihembuskan syaithan dan dari kejahatan karena kedengkian jin dan manuisa.
à Sebuah pendidikan Rabbani, bahwa semua yang makhluk Allah SWT adalah hamba yang lemah, butuh akan pertolongan-Nya SWT. Termasuk Nabi Muhammad SAW beliau adalah manusia biasa yang butuh akan pertolongan-Nya. Sehingga beliau adalah hamba yang tidak boleh disembah, bukan tempat untuk meminta pertolongan dan perlindungan, dan bukan tempat bergantung.
* Rabb (yaitu sebagai pencipta, pengatur, dan pemberi rizki),
* Al Malik (pemilik dari segala sesuatu yang ada di alam ini),
* Al Ilah (satu-satunya Dzat yang berhak diibadahi).
à Dengan ketiga sifat Allah SWT ini, Nabi Muhammad diperintah untuk memohon perlindungan hanya kepada-Nya, dari kejelekan was-was yang dihembuskan syaithan dan dari kejahatan karena kedengkian jin dan manuisa.
à Sebuah pendidikan Rabbani, bahwa semua yang makhluk Allah SWT adalah hamba yang lemah, butuh akan pertolongan-Nya SWT. Termasuk Nabi Muhammad SAW beliau adalah manusia biasa yang butuh akan pertolongan-Nya. Sehingga beliau adalah hamba yang tidak boleh disembah, bukan tempat untuk meminta pertolongan dan perlindungan, dan bukan tempat bergantung.
مِن شَرِّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ
“Dari kejahatan (bisikan) syaithan yang biasa bersembunyi.”
“Dari kejahatan (bisikan) syaithan yang biasa bersembunyi.”
à
Makna Al was-was adalah bisikan yang betul-betul tersembunyi dan samar, à Sementara makna al khannas adalah
mundur.
Bagaimana maksud dari ayat ini?
à Maksudnya, bahwasanya syaithan selalu menghembuskan bisikan-bisikan yang menyesatkan manusia disaat manusia lalai dari berdzikir kepada Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya (artinya):
“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Rabb yang Maha Pemurah (Al Qur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan). Maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (Az Zukhruf: 36)
Adapun ketika seorang hamba berdzikir kepada Allah subhanahu wata’ala, maka syaithan bersifat khannas yaitu ‘mundur’ dari perbuatan menyesatkan manusia. Sebagaimana dalam firman-Nya (artinya):
“Sesungguhnya syaitan itu tidak mempunyai kekuasaan atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Rabb-nya.” (An Nahl: 99)
Bagaimana maksud dari ayat ini?
à Maksudnya, bahwasanya syaithan selalu menghembuskan bisikan-bisikan yang menyesatkan manusia disaat manusia lalai dari berdzikir kepada Allah SWT. Sebagaimana firman-Nya (artinya):
“Barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Rabb yang Maha Pemurah (Al Qur’an), Kami adakan baginya syaitan (yang menyesatkan). Maka syaitan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya.” (Az Zukhruf: 36)
Adapun ketika seorang hamba berdzikir kepada Allah subhanahu wata’ala, maka syaithan bersifat khannas yaitu ‘mundur’ dari perbuatan menyesatkan manusia. Sebagaimana dalam firman-Nya (artinya):
“Sesungguhnya syaitan itu tidak mempunyai kekuasaan atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Rabb-nya.” (An Nahl: 99)
Al Imam
Ibnu Katsir di dalam kitab tafsirnya ketika
membawakan penafsiran dari Sa’id bin Jubair dan Ibnu ‘Abbas, yaitu: “Syaithan
bercokol di dalam hati manusia, apabila dia lalai atau lupa maka syaithan
menghembuskan was-was padanya, dan ketika dia mengingat Allah subhanahu
wata’ala maka syaithan lari darinya.
الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُورِ النَّاسِ
“Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.”
“Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia.”
Inilah misi
syaithan yang selalu berupaya menghembuskan was-was kepada manusia;
* Menghiasi kebatilan sedemikian indah dan menarik.
* Mengemas kebenaran dengan kemasan yang buruk.
Sehingga seakan-akan yang batil itu tampak benar dan yang benar itu tampak batil.
Cobalah perhatikan, bagaimana rayuan manis syaithan yang dihembuskan kepada Nabi Adam dan istrinya. Allah SWT kisahkan dalam firman-Nya :
“Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya, dan syaitan berkata: “Rabb-mu tidak melarangmu untuk mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam al jannah/surga)”. (Al A’raf: 20)
* Menghiasi kebatilan sedemikian indah dan menarik.
* Mengemas kebenaran dengan kemasan yang buruk.
Sehingga seakan-akan yang batil itu tampak benar dan yang benar itu tampak batil.
Cobalah perhatikan, bagaimana rayuan manis syaithan yang dihembuskan kepada Nabi Adam dan istrinya. Allah SWT kisahkan dalam firman-Nya :
“Maka syaitan membisikkan pikiran jahat kepada keduanya untuk menampakkan kepada keduanya apa yang tertutup dari mereka yaitu auratnya, dan syaitan berkata: “Rabb-mu tidak melarangmu untuk mendekati pohon ini, melainkan supaya kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang-orang yang kekal (dalam al jannah/surga)”. (Al A’raf: 20)
Demikian
pula, kisah ketika Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sedang beri’tikaf.
Shafiyyah bintu Huyay (salah seorang istri beliau saw) mengunjunginya di malam
hari. Setelah berbincang beberapa saat, maka Rasulullah saw mengantarkannya
pulang ke kediamannya. Namun perjalanan keduanya dilihat oleh dua orang Al
Anshar. Kemudian syaithan menghembuskan ke dalam hati keduanya perasaan was-was
(curiga). Rasulullah saw melihat gelagat yang kurang baik dari keduanya. Oleh
karena itu Rasulullah saw segera mengejarnya, seraya bersabda:
عَلَى رِسْلِكُمَا, إِنَّهَا صَفِيَّةُ بِنْتُ
حُيَيّ فَقَالاَ: سُبْحَانَ الله يَارَسُولَ الله. فَقَالَ: إِنَّ الشَّيْطَانَ
يَجْرِي مِنِ ابْنِ آدَمَ مَجْرَى الدَّم, وَإِنِّي خَشِيْتُ أَنْ يُقْذَفَ فِي
قُلُوبِكُمَاشَيْئاً, أَوْشَرًّا.
“Tenanglah
kalian berdua, dia adalah Shafiyyah bintu Huyay. Mereka berdua berkata: “Maha
Suci Allah wahai Rasulullah. Maka Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya syaithan
mengalir di tubuh bani Adam sesuai dengan aliran darah, dan aku khawatir
dihembuskan kepada kalian sesuatu atau keburukan.” (H.R Muslim no.
2175)
Demikianlah
watak syaithan selalu menghembuskan bisikan-bisikan jahat ke dalam hati
manusia. Apalagi Allah subhanahu wata’ala dengan segala hikmah-Nya telah
menciptakan ‘pendamping’ (dari kalangan jin) bagi setiap manusia, bahkan
Rasulullah saw juga ada pendampingnya. Sebagimana sabdanya shalallahu ‘alaihi
wasallam:
مَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ إِلاّ َقَدْ وُكِّلَ
بِهِ قَرِيْنُهُ مِنَ الجِنِّ، قَالُوا: وَإِيَّاكَ يَارَسُولَ الله ؟ قَالَ:
وَإِيَّايَ، إِلاَّ أَنَّ الله أَعَانَنِي عَلَيْهِ فَأَسْلَمَ، فَلاَ يَأْمُرُنِي
إِلاَّبِخَيْرٍ.
“Tidaklah
salah seorang dari kalian kecuali diberikan seorang pendamping dari kalangan
jin, maka para shahabat berkata: Apakah termasuk engkau wahai Rasulullah?
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab: Ya, hanya saja Allah telah
menolongku darinya, karena ia telah masuk Islam, maka dia tidaklah
memerintahkan kepadaku kecuali kebaikan”. (Muslim no. 2814)
مِنَ الْجِنَّةِ وَ النَّاسِ
“Dari
(golongan) jin dan manusia.”
Dari ayat
ini tampak jelas bahwa yang melakukan bisikan ke dalam dada manusia tidak hanya
dari golongan jin, bahkan manusia pun bisa berperan sebagai syaithan. Hal ini
juga dipertegas dalam ayat lain:
“Dan Demikianlah
Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis)
manusia dan (dan jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang
lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)” (Al An’am:
112)
Maka salah
satu jalan keluar dari bisikan dan godaan syaithan baik dari kalangan jin dan
manusia adalah sebagaimana firman Allah SWT: “Dan jika syaithan
mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah.”
(Fushshilat: 36)
Penutup :
à Melalui surat ini jelas bagi kita
bahwa memohon pertolongan dan perlindungan hanya kepada Allah subhanahu wata’ala
semata.
à Mengakui bahwa sesungguhnya seluruh makhluk
berada di bawah pengaturan dan kekuasaan-Nya subhanahu wata’ala.
à Bahwa semua kejadian ini terjadi atas
kehendak-Nya SWT.
à Dan tiada yang bisa memberikan pertolongan dan
menolak mudharat kecuali atas kehendak-Nya subhanahu wata’ala pula.
Semoga
Allah SWT menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang senantiasa meminta
pertolongan, perlindungan dan mengikhlaskan seluruh peribadahan hanya
kepada-Nya.
Tafsir Fi Dzilalil
الإِسْتِعَاذَةُ فِي هَذِهِ السُوْرَةِ بِرَبِّ
النَّاسِ ، مَلِكِ النَّاسِ ، إِلَهِ النَّاسِ . وَالْمُسْتَعَاذُ مِنْهُ هُوَ :
شَرُّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ ، الَّذِي يُوَسْوِسُ فِي صُدُوْرِ النَّاسِ ،
مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ .
Memohon
perlindungan yang disebutkan pada surat ini adalah kepada Tuhan manusia, raja
manusia dan sembahan manusia. Yang dimintakan perlindungan darinya adalah Jahatnya bisikan yang bersumber dalam dada manusia; baik dari jin atau
manuisa
وَالاِسْتِعَاذَةُ بِالرَّبِّ ، الْمَلِكِ ،
الإِلَهُ ، تَسْتَحْضِرُ مِنْ صِفَاتِ اللهِ سُبْحَانَهُ مَا بِهِ يَدْفَعُ
الشَّرَّ عَامَةً ، وَشَرَّ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ خَاصَةً.
Memohon
perlindungan kepada Tuhan, Raja dan Ilah akan menghadirkan sifat-sifat Allah
yang dapat menolak segala kejahatan secara umum dan kejahatan bisikan secara
khusus.
فَالرَّبُّ هُوَ الْمُرَبِّي وَالْمُوَجِّهُ
وَالرَّاعِي وَالْحَامِي . وَالْمَلِكُ هُوَ الْمَالِكُ الْحَاكِمُ الْمُتَصَرِّفُ
. وَالإِلَهُ هُوَ الْمُسْتَعْلِي الْمُسْتَوْلِي الْمُتَسَلِّطُ . . وَهَذِهِ
الصِّفَاتُ فِيْهَا حِمَايَةٌ مِنَ الشَّرِّ الَّذِي يَتَدَسَّسُ إِلَى
الصُّدُوْرِ . . وَهِيَ لاَ تَعْرِفُ كَيْفَ تَدْفَعُهُ لأَنَّهُ مَسْتُوْرٌ .
Ar-Rabb
adalah murabbi (yang membimbing, mengarahkan, memelihara dan melindungi.
Al-Malik
adalah yang memiliki, yang menentukan dan mengatur.
Al-Ilah
adalah yang Maha tinggi, berkuasa dan menekan.
Sifat-sifat
ini dapat memberikan perlindungan dari segala kejahatan yang berasal dari dada
(hati), yang kebanyakan manusia tidak mampu melakukannya karena tersembunyi
وَاللهُ رَبُّ كُلِّ شَيْءٍ ، وَمَلِكُ كُلِّ
شَيْءٍ ، وَإِلَهُ كُلِّ شَيْءٍ . وَلَكِنْ تَخْصِيْصُ ذِكْرِ النَّاسِ هُنَا
يَجْعَلُهُمْ يَحُسُّوْنَ بِالْقُرْبَى فِي مَوْقِفِ الْعِيَاذِ وَالاِحْتِمَاءِ .
Allah
adalah Pengatur dan penata dari segala sesuatu, pemilik dari segala sesuatu dan
Ilah (Tuhan) yang berhak disembah dari segala sesuatu. Namun dikhususkan
penyebutan beriring dengan sebutan manusia membuat mereka merasakan kedekatan
terutama pada saat memohon perlindungan dan penjagaan.
وَاللهُ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ يُوَجِّهُ رَسُوْلَهُ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأُمَّتَهُ إِلَى الْعِيَاذِ بِهِ
وَالاِلْتِجَاءِ إِلَيْهِ ، مَعَ اسْتِحْضَارِ مَعَانِي صِفَاتِهِ هَذِهِ ، مِنْ
شَرٍّ خَفِيِّ الدَّبِيْبِ ، لاَ قِبَلَ لَهُمْ بِدَفْعِهِ إِلاَّ بِعَوْنٍ مِنَ
الرَّبِّ الْمَلِكِ الإِلَهِ . فَهُوَ يَأْخُذُهُمْ مِنْ حَيْثُ لاَ يَشْعُرُوْنَ
، وَيَأْتِيْهِمْ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُوْنَ ..
Allah
dengan rahmat-Nya memberikan pengarahan kepada Rasulullah saw dan umat untuk
senantiasa berlindung dan bersimpuh kepada-Nya, diiringi dengan menghadirkan
makna dari sifat-sifat-Nya dari berbagai bisikan yang tersembunyi yang tidak
memiliki kekuatan untuk menghadapinya kecuali dengan pertolongan Allah; Rabb,
al-Malik dan al-Ilah. Karena bisikan tersebut hadir dari arah yang tidak dapat
mereka rasakan, datang dari arah yang tidak mereka duga.
وَقَدْ أَطْلَقَ النَّصُّ الصِّفَةَ أَوَّلاً : {
الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ } . . وَحَدَّدَ عَمَلَهُ : { الَّذِيْ يُوَسْوِسُ فِي
صُدُوْرِ النَّاسِ } . ثُمَّ حَدَّدَ مَاهِيَتُهُ : { مِنَ الْجِنَّةِ وَالنَّاسِ
} . . وَهَذَا التَّرْتِيْبُ يُثِيْرُ فِي الْحِسِّ الْيَقِظَةُ وَالتَّلَفُّتُ
وَالاِنْتِبَاهُ لِتُبَيِّنَ حَقِيْقَةَ الْوَسْوَاسِ الْخَنَّاسِ ، بَعْدَ
إِطْلاَقِ صِفَتِهِ فِي أَوَّلِ الْكَلاَمِ؛ وَلإِدْرَاكِ طَرِيْقَةَ فِعْلِهِ
الَّتِي يَتَحَقَّقُ بِهَا شَرَّهُ ، تَأَهُّبًا لِدَفْعِهِ أَوْ مُرَاقَبَتِهِ!
Dalam nash
disebutkan sifat pertama: “Al-Was was al-khannas” (bisikan orang yang kembali),
dan menetapkan pekerjaannya “yang membisikkan di dada manusia” kemudian
ditetapkan pula substansinya “dari jin dan manusia”.
Urutan ini
membangkitkan perasaan sadar, hati-hati dan perhatian untuk menjelaskan bisikan
al-khannas, setelah menyebutkan secara global karakternya pada awal
pembicaraan; ini untuk memberikan pemahaman akan pebuatan yang mengarah pada
kejahatan dan memberikan arahan untuk menolak atau memantaunya!
وَوَسْوَسَةُ الْجِنَّةُ نَحْنُ لاَ نَدْرِي
كَيْفَ تَتِمُّ ، وَلَكِنَّا نَجِدُ آثَارَهَا فِي وَاقِعِ النُّفُوْسِ وَوَاقِعُ
الْحَيَاةِ . وَنَعْرِفُ أَنَّ الْمَعْرَكَةَ بَيْنَ آدَمَ وَإِبْلِيْسُ
قَدِيْمَةٌ قَدِيْمَةٌ؛ وَأَنَّ الشَّيْطَانَ قَدْ أَعْلَنَهَا حَرْباً تَنْبَثِقُ
مِنْ خَلِيْقَةِ الشَّرِّ فِيْهِ ، وَمِنْ كِبْرِيَائِهِ وَحَسَدِهِ وَحَقْدِهِ
عَلَى الإِنْسَانِ! وَأَنَّهُ قَدْ اسْتَصْدَرَ بِهَا مِنَ اللهِ إِذْناً ،
فَأَذَنَ فِيْهَا سُبْحَانَهُ لِحِكْمَةٍ يَرَاهَا! وَلَمْ يَتْرُكِ الإِنْسَانَ
فِيْهَا مُجَرَّداً مِنَ الْعُدَّةِ . فَقَدْ جَعَلَ لَهُ مِنَ الإِيْمَانِ
جُنَّةً ، وَجَعَلَ لَهُ مِنَ الذِّكْرِ عُدَّةً ، وَجَعَلَ لَهُ مِنَ
الاِسْتِعَاذَةِ سِلاَحاً . . فَإِذَا أَغْفَلَ الإِنْسَانُ جُنَّتَهُ وَعُدَّتَهُ
وَسِلاَحَهُ فَهُوَ إِذَنْ وَحْدَهُ الْمَلُوْمُ!
Adapun bisikan
jin kita tidak mengetahui bagaimana caranya, namun kita mendapatkannya melalui
dampak yang terjadi di dalam tubuh setiap jiwa dan realita kehidupan.
Sebagaimana kita fahami bahwa perang antara Adam dan Iblis adalah laten; dan
syetan telah mengumandangkan perang yang bersumber dari akhlak yang jahat di
dalamnya, oleh karena kesombongannya, kedengkitannya, kebenciannya terhadap
manusia! Dan syaitan telah meminta izin kepada Allah dan Allah mengizinkan
untuk melihat adanya hikmah dibalik semua itu! Sementara manusia tidak
dibiarkan begitu saja, namun diberikan kepadanya benteng dan menjadikan zikir
sebagai tameng dan menjadikan istiadzah sebagai senjata… karena itu jika
manusia lalu; bentengnya, perangkatnya dan senjatanya maka pada hakikatnya dia sendiri yang tercela!
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ : قال رسولُ الله صلى
الله عليه وسلم : «الشَّيطانُ جَاثِمٌ على قَلْبِ ابنِ آدَمَ ، فإذا ذكرَ اللّه
خَنَسَ وإذا غَفَلَ وَسْوَسَ»
Dari ibnu
Abbas RA berkata: Nabi saw bersabda: “Syaitan selalu berada di hati anak cucu
Adam, jika ia berdzikir kepada Allah maka ia akan menjauh namun jika lengah
maka ia akan membisiki” (Jami’ Al-Ushul)
وأما الناس فنحن نعرف عن وسوستهم الشيء الكثير .
ونعرف منها ما هو أشد من وسوسة الشياطين!
رفيق السوء الذي يتدسس بالشر إلى قلب رفيقه وعقله
من حيث لا يحتسب ومن حيث لا يحترس ، لأنه الرفيق المأمون!
وحاشية الشر التي توسوس لكل ذي سلطان حتى تتركه
طاغية جباراً مفسداً في الأرض ، مهلكاً للحرث والنسل!
والنمام الواشي الذي يزين الكلام ويزحلقه ، حتى
يبدو كأنه الحق الصراح الذي لا مرية فيه .
وبائع الشهوات الذي يتدسس من منافذ الغريزة في
إغراء لا تدفعه إلا يقظة القلب وعون الله .
وعشرات من الموسوسين الخناسين الذين ينصبون
الأحابيل ويخفونها ، ويدخلون بها من منافذ القلوب الخفية التي يعرفونها أو
يتحسسونها . . وهم شر من الجنة وأخفى منهم دبيباً!
Adapun
manusia kita banyak tahu akan bisikan mereka. Dan kita tahu bahwa ia lebih
berbahaya dari bisikan syaitan!
-
Teman
yang jahat yang selalu membisikkan kejahatan ke dalam hati dan akal teman
lainnya dari arah yang tidak disangka dan tidak dijaga, karena ia mengira adalah
sahabat karibnya!
-
Bawahan
–pejabat- yang jahat selalu membisikkan kepada pemimpinnya sehingga ia akan
melakukan segala kejahatan dan kediktatoran serta kerusakan di muka bumi,
menghancurkan dan membinasakan tanaman dan keturunan
-
Para
pengadu domba (pengumpat) yang senantiasa menghiasi dan membuat elok ucapannya,
sehingga tampak seakan sebagai kebenaran yang tidak ada keraguan di dalamnya.
-
Para
penjual syahwat yang selalu membisikkan melalui pintu-pintu syahwat, mempedaya
yang tidak mampu ditolak kecuali bagi siapa yang memiliki hati dan jiwa yang
waspada dan pertolongan Allah.
Dan para
pembisik lainnya yang senantiasa bergentayangan dan menyembunyikannya, masuk
dari berbagai pintu hati yang tersebut yang tidak disadari dan dirasa,.. Mereka
adalah lebih jahat dari jin dan lebih tersembunyi dari derap semut hitam!
والإنسان عاجز عن دفع الوسوسة الخفية . ومن ثم
يدله الله على عدته وجنته وسلاحه في المعركة الرهيبة!
وهناك لفتة ذات مغزى في وصف الوسواس بأنه {
الخناس } . . فهذه الصفة تدل من جهة على تخفيه واختبائه حتى يجد الفرصة سانحة فيدب
ويوسوس . ولكنها من جهة أخرى توحي بضعفه أمام من يستيقظ لمكره ، ويحمي مداخل صدره
. فهو سواء كان من الجنة أم كان من الناس إذا ووجْه خنس ، وعاد من حيث أتى ، وقبع
واختفى . أو كما قال الرسول الكريم في تمثيله المصور الدقيق : « فإذا ذكر الله
تعالى خنس ، وإذا غفل وسوس » .
وهذه اللفتة تقوي القلب على مواجهة الوسواس . فهو
خناس . ضعيف أمام عدة المؤمن في المعركة .
Bahwa manusia memang lemah dari menolak bisikan
yang tersembunyi. Karena itulah Allah memberikan petunjuk dengan perangkat, benteng
dan senjata dalam perang yang sangat mengerikan!
Ada
pelajaran yang sangat penting dalam mensifati kata-kata “Al-waswas” yaitu
dengan Al-Khannas… bahwa sifat ini –dari satu sisi- menunjukkan tersembunyi dan
samar sehingga mendapatkan kesempatan yang baik untuk membisikkan dan merayu.
Namun –dari sisi lain- mengisyaratkan kelemahannya dihadapan orang-orang
yang sadar akan tipu daya dan selalu
melindungi pintu-pintu masuk yang ada di dadanya. Baik yang berasal dari jin
atau dari manusia, jika mampu dihadapai akan lambat dan kembali lagi
sebagaimana semula, lalu menutup dan bersembenyi. Atau seperti yang disabdakan
oleh nabi saw: “jika ia berdzikir kepada Allah maka ia akan menjauh namun jika
lengah maka ia akan membisiki”
Dari
pelajaran ini akan memperkuat hati dalam menghadapi berbagai bisikan, karena ia
adalah lambat, lemah dihadapan orang yang beriman dan sadar terhadap perang
ini.