Ustadz Hilmi Aminuddin
Sejak awal, musyarokah kita keterlibatan
kita dalam pemerintahan—sama sekali bukan ditujukan untuk kemenangan zhahir
saja yang cenderung diisi dengan al-kibr dan al-kibriya’, merasa
besar dan sombong.
Kita bermusyarokah untuk
mencapai kemenangan sejati, yang didefinisikan oleh Imam Ahmad ibnu Hanbal:
ما لازم الحق قلوبنا
Kemenangan sejati yang paling
mendasar dan substansial adalah jika kebenaran tetap bersemayam di hati kita.
Tidak terkontaminasi oleh racun-racun kehidupan, tidak tergoda oleh iming-iming
apapun bentuknya, yang membuat hati kita diisi oleh nilai-nilai lain selain
nilai kebenaran yang bersumber dari Allah SWT.
Kemenangan sejati juga adalah
jika kita berhasil menegakkan kedaulatan Allah di dalam diri kita. Berhasil
menegakkan kedaulatan Allah di dalam keluarga kita. Berhasil menegakkan
kedaulatan Allah di rumah kita, di bangsa kita dan di negeri kita. Sehingga
orientasi hidup bangsa kita adalah mardhotllah, ridho Allah semata.
Oleh karena itu pertama-tama
yang harus kita pastikan adalah ahdaful musyarokah (tujuan-tujuan musyarokah)
kita. Jangan sampai berpesong sedikitpun.
Al-Musyarokah littauhiid wal binaa’ ( المشاركة
للتوحيد والبناء )
Musyarokah kita bertujuan
untuk berkontribusi dalam mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berkontribusi untuk
membangun bangsa dan negara ini sehingga mencapai kesejahteraan, kejayaan serta
kedamaian dengan bangsa-bangsa lain dalam pergaulan internasional. Baldatun
thayyibatun wa rabbun ghafur.
Persatuan dan kesatuan bangsa
ini jangan sampai dirongrong, dirusak, dicerai-beraikan oleh agenda-agenda yang
diprogram dari luar yang menghendaki perpecahan. Kita harus menjadi junudullah
(prajurit-prajurit Allah) terdepan dalam mempertahankan persatuan dan kesatuan
bangsa dan negeri ini. Karena negeri ini adalah anugerah besar dari Allah—ba’da
al-iman, setelah iman—yang harus kita syukuri dengan memberdayakan, menjayakan
dan mengunggulkannya. Sehingga mampu memberi kontribusi positif dalam pergaulan
antar bangsa dalam kehidupan global.
Al-Musyarokah littaqwiyah wat tatsbit ( المشاركة
للتقوية والتثبيت )
Selain mempersatukan dan
membangun, berdaya kohesif dan menjadi penerus pembangunan bangsa dan negara
ini, musyarokah kita juga harus berkontribusi dalam mewujudkan negara yang kuat
dan kokoh. Jangan menjadi negeri yang dilecehkan dan dideskreditkan tetangga-tetangganya.
Jangan menjadi negara dan bangsa yang sama sekali tidak diperhitungkan oleh
bangsa-bangsa lain, bahkan menjadi beban dalam pergaulan internasional.
Untuk menjadi factor taqwiyah
wa tastbit, memperkuat dan mengokohkan kehidupan berbangsa dan bernegara ini,
modalnya hanya satu: bersyukur! Negeri ini menghendaki para kader, pemimpin,
pejuang, dan mujahid yang pandai bersyukur. Allah sudah memberikan banyak
sekali karunia-Nya kepada negeri ini. Namun banyak potensi yang belum terolah,
sehingga terbengkalai dan mubadzir. Bahkan banyak potensi yang diekploitasi
oleh kekuatan-kekuatan asing. Ini karena kelemahan dan kebodohan kita, terjebak
oleh kepentingan-kepentingan pribadi dan kelompok, sehingga kekayaan yang
diberikan oleh Allah ini tergadaikan kepada negeri asing dengan amat sangat
murah.
Kita harus waspada dan berani
mengevaluasi kebijakan-kebijakan lama yang menyiksa bangsa ini. Berani
mengevaluasi seluruh produk-produk konstitusi, perundang-undangan, perda-perda,
perjanjian-perjanjian dengan luar negeri yang melemahkan bangsa ini, yang
menjadikan bangsa ini terpuruk. Kekayaan melimpah ruah, bukan dinikmati oleh
rakyat. Tapi hanya dinikmati oleh sekelompok tertentu. Bahkan mengalir setiap
hari ke negeri-negeri asing. Bukan dalam kerjasama yang saling menguntungkan.
Tapi kerjasama yang timpang yang mengandung unsur pelecehan, penipuan, dan
konspirasi kepada bangsa ini. Semua ini harus dihentikan.
Al-Musyarokah lit taghyiir wat tajdiid ( المشاركة
للتغيير و التجديد )
Kita tidak ingin bangsa ini
statis, jumud dan mandeg. Oleh karena itu tujuan musyarokah kita yang ketiga
adalah al-musyarokah lit taghyiir wat tajdiid. Musyarokah kita, kontribusi kita
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara adalah melakukan perubahan dan pembaharuan.
Setiap hari Allah SWT
memberikan pelajaran kepada kita bagaimana ciptaan-ciptaannya selalu berubah
dan memperbaharui diri. Selalu tumbuh dan berkembang. Lahirnya seorang anak
dimulai dengan jeritan tangis yang merupakan symbol kehidupan dan mulai
berfungsinya organ-organ utama tubuh, terutama paru-paru dan jantung. Mula-mula
matapun tidak bisa melihat, tulang-tulangnya lembek dan lemah. Tapi dari hari
ke hari kita lihat matanya semakin berbinar terang. Pertama-tama yang ia tahu
hanya ibunya. Kemudian akhirnya mulai bisa tahu ayahnya. Berkembang mulai bisa
membedakan warna dan ukuran-ukuran. Bahkan membedakan manfaat-manfaat. Dan
mulai bisa membedakan mana yang berbahaya dan mana yang tidak.
Kita lihat pertumbuhan
biji-bijian. Biji-biji mulai terbelah merekah, memunculkan tumbuhan kecil. Lalu
akarnya menghunjam ke tanah secara bertahap. Sementara batang pohonnya mulai
tumbuh berkembang. Berdahan rindang, berdaun hijau, akhirnya berbuah menjadi
bermanfaat. Seluruhnya adalah merupakan at-taghyiir wat tajdiid.
Daun-daun yang sudah tua,
menguning dan rontok. Tumbuhlah daun-daun muda berkembang menghijau.
At-taghyiir wat tajdiid adalah sunnatullah. Kalau bangsa ini tidak mau berubah,
statis, dan mandeg, berarti bangsa ini melawan sunnatullah. Kita kader-kader
dakwah harus mendorong agar bangsa ini mengikuti sunnatullah. Mengikuti
fitrahnya yaitu fitrah perubahan dan pembaharuan.
Semuanya harus berubah,
mustahil tidak berubah. Jika tidak mau berubah, dia akan menjadi korban
perubahan. Akan digilas oleh perubahan. Makanya kalau kita tidak mau menjadi
korban perubahan, kita harus menjadi pelopor perubahan dan pembaharuan.
Semangat perubahan dan
pembaharuan adalah bagian penting dari gerakan dakwah. Dari sejak awal dalam
manhaj takwiniyah kita tekankan bahwa harakatud dakwah (gerakan dakwah) adalah
harakatut taghyiir (gerakan perubahan) dan harakatut tajdiid (gerakan
pembaharuan). Kader-kader dakwah harus menjadi :
رُوْحٌ جَدِيْدَةٌ تَسْرِي فِي
جَسَدِ الأُمَّةِ
Menjadi jiwa, semangat, moral
baru, dan kekuatan baru yang mengalir di tubuh umat ini. Kita harus menjadi
innovator perubahan dan pembaharuan di segala sector kehidupan. Jangan sampai
bangsa ini tertinggal akibat segan berubah karena malas. Atau bahkan takut
berubah, akibat mempertahankan kepentingan-kepentingan pribadi atau
kepentingan-kepentingan kelompok/golongan. Karena perubahan dan pembaharuan
berarti dinamisasi. Perubahan dan pembaharuan berarti repositioning segenap
potensi bangsa.
Dengan musyarokah ini kita
melakukan redinamisasi repositioning kita; politik, social, financial, budaya,
sains dan teknologi. Kita harus mencapai posisi-posisi baru yang lebih maju,
berdaya guna, dan berdaya saing. Juga lebih memberikan manfaat, bukan saja
kepada bangsa ini, tapi juga bermanfaat kepada kemanusiaan. Karena bangsa
muslim ini mengemban misi utama rahmatan lil’alamin.
Al-Musyarokah lil ishlah wal ihsan ( المشاركة
للإصلاح والإحسان )
Karena kita mengemban misi
rahmatan lil’alamin, maka musyarokah pun tujuannya adalah berkontribusi untuk
selalu ishlah (melakukan reformasi). Ishlah berarti perbaikan dan selalu
mengajak damai.
Musyarokah lil ishlah wal
ihsan baru bisa kita gulirkan, kalau kita professional. Mempunyai kafaah
muntijah (kesalehan kompetensi dan kemampuan produktif ) dan kafaah ijaabiyah
(potensi dan kompentensi yang positif).
Kader-kader kita harus menjadi
kader-kader unggulan di tengah-tengah pergaulan kehidupan berbangsa dan
bernegara. Tafawwuq ma’nawiy berbasiskan tafawwuq iimaniiy, keunggulan moral
berbasiskan keunggulan iman. Tafawwuq fikri berbasiskan tafawwuq ‘ilmi, keunggulan
idealisme berdasarkan keunggulan penguasaan terhadap ilmu pengetahuan. Begitu
juga tafawwuq ‘amaliy berdasarkan tafawwuq manhajiy, keunggulan dalam aktivitas
berdasarkan keunggulan metode kerja. Sehingga seluruh lapisan masyarakat
mendapatkan sentuhan ishlah wal ihsan dari kita. Seluruh lapisan masyarakat,
segenap komponen bangsa, lintas partai, lintas ormas, lintas agama, lintas
keyakinan, lintas suku, lintas pulau-pulau yang bertebaran beribu-ribu ini
merasakan khuthuwat ishlahiyah dan khuthuwaat ihsaniyah kita.
Al-Musyarokah lit taqwiim wat tasydiid ( المشاركة
للتقويم والتسديد )
Musyarokah kita bertujuan
untuk berkontribusi dalam meluruskan dan mengakuratkan tujuan hidup dan
perjuangan bangsa ini. Agar bangsa ini tidak menyimpang dari tujuan utamanya.
Allah memerintahkan kepada
kita agar kita lurus, sesuai dengan fitrah diciptakannya.
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ
حَنِيفًا فِطْرَةَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا لا تَبْدِيلَ
لِخَلْقِ اللَّهِ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لا
يَعْلَمُونَ (الروم : ٣٠
Tidak ada bangsa atau umat
atau bahkan makhluk yang bisa hidup baik, tenang, tentram dan sejahtera kecuali
harus lurus dalam fitrahnya. Nilai-nilai fitrah ini adalah nilai-nilai
kemanusiaan yang universal. Al-Qur’an mengokohkannya dengan nilai-nilai
syar’iyyah.
Sebagai kader dakwah kita
harus selalu waspada terhadap kemungkinan berbagai penyimpangan, penyimpangan
diri dan penyimpangan di tengah-tengah umat dan bangsa ini. Kita harus menjadi
unsur muqawwim (yang meluruskan) wat tasdiid (mengarahkan) agar bangsa ini
jangan disorientasi.
Seluruh kader dakwah ini harus
berusaha dan mampu mengkonsolidasi, mengkoordinasi, dan memobilisasi seluruh
potensi positif konstruktif di dalam bangsa ini. Siapapun mereka, partai apapun
mereka, ormas apapun mereka dan agama apapun mereka, suku bangsa apapun mereka.
Penghuni pulau manapun mereka. Kita harus mampu melihat potensi positif dan
konstruktif untuk membangun bangsa ini mencapai kesejahteraan, kedamaian dan
kejayaannya.
Selain itu kita harus selalu
berupaya untuk mempersempit ruang gerak, perilaku, dan peran potensi negative
destruktif. Agar kehidupan berbangsa dan bernegara ini tidak terprovokasi,
terpecah belah, terlemahkan, terkecoh , tergadaikan, bahkan terjual oleh
potensi negative destruktif itu. Sehingga kehidupan bangsa kita tetap bersatu,
damai, tentram dan bersemangat untuk kerja keras mencapai tujuan-tujuan nasional,
yaitu menjadi bangsa dan Negara yang diridhai oleh Allah SWT.
Sejak awal, ikhwan dan akhwat
digembleng diantaranya untuk misi amar ma’ruf nahi munkar. Dalam musyarokah lit
taqwiim wat tasdiid inilah peran amar ma’ruf nahi munkar harus dilakukan dimanapun
antum berada. Apakah di lembaga legislative, lembaga eksekutif atau yudikatif.
Dalam mengelola jama’ah, kehidupan bermasyarakat, lembaga-lembaga social,
pendidikan, kebudayaan, dan perekonomian. Tetap taqwim dan tasdiid adalah
merupakan refleksi dari misi amar ma’ruf nahi munkar kita.
*)http://al-intima.com/taujih-ust-hilmi-aminuddin/ahdaful-musyarokah