Minggu, 22 Agustus 2010

Bahagia Saat Mengikuti Ta’lim di Bulan Ramadhan

Kirim Print

Bulan Ramadhan memang berbeda dengan bulan lainnya, di dalamnya begitu banyak aktivitas dan kegiatan, dan sudah menjadi lumrah pada umat Islam di seluruh dunia, bahwa semarak menghidupkan bulan Ramadhan begitu besar dan antusiasme di tubuh umat Islam begitu besar; selain dari shalat tarawih, tadarus Al-Qur’an; juga banyak diadakan kajian dan ta’lim; bahkan -seakan ingin memanfaatkan waktu sebaik-baiknya- di berbagai tempat dan kalangan semarak menghidupkan bulan Ramadhan dengan ta’lim sangat besar; di masjid, di mushalla, di perkantoran, di tengah lingkungan masyarakat, di perkumpulan organisasi, LSM, persatuan dan lain-lainnya dan bahkan merambah hingga ke media elektronik dan cetak; dan waktu mengadakan ta’limnya pun berbeda-beda; ada ta’lim menjelang sahur, ada ta’lim ba’da sahur (khususnya di media televisi), ada ta’lim ba’da subuh (dengan beragam materi dan kajian seperti yang banyak diadakan di berbagai masjid dan mushalla), ada ta’lim waktu Dhuha, waktu menjelang Zhuhur, ba’da Zhuhur, ba’da ashar, menjelang ifthar (berbuka), ta’lim bada isya (sebelum shalat tarawih), atau setelah tarawih dan bahkan ada juga yang mengadakan ta’lim menjelang istirahat malam. Seakan umat Islam sepakat bahwa waktu-waktu dalam bulan Ramadhan begitu berharga sehingga sayang untuk dilewatkan dan berinisiatif untuk mengisinya dengan ta’lim dalam rangka memperluas wawasan dan mengisi akal dengan ilmu yang bermanfaat.
Lengkap sudah kenikmatan dan kebahagiaan yang diraih oleh setiap muslim pada bulan Ramadhan; ruhaniyahnya terisi dengan puasa dan tilawah, sementara fikriyahnya juga terisi dengan ilmu dan pengetahuan.
Karena itu pula tidak salah jika kita sering mendengar bahwa bulan Ramadhan merupakan madrasah mutamayyizah (pusat pendidikan yang istimewa) bagi umat Islam, karena di dalamnya tidak hanya memberikan pendidikan ruhiyah, jasadiyah, khuluqiyah namun juga fikriyah; sehingga ketika keluar dari madrasah Ramadhan ini seorang muslim diharapkan telah mendapatkan dan memiliki jiwa yang bersih, tubuh yang sehat, akhlaq yang mulia dan akal yang berwawasan luas, dan pada puncaknya mendapat derajat kemuliaan yang teragung yaitu derajat taqwa.
Karena itu, umat Islam yang sadar hendaknya memanfaatkan waktu yang berharga ini untuk mencari ilmu sebanyak-banyaknya. Sayang kalau terlewatkan begitu saja. Sebagaimana pula Islam senantiasa mengajarkan kepada kita untuk senantiasa menuntut ilmu dan mengawali ibadah dengan ilmu pengetahuan sekaligus mengecam orang-orang yang tidak menggunakan ilmu dalam beribadah namun hanya ikut-ikutan sehingga mengakibatkan tersesat karena kesesatan orang-orang terdahulu sebagaimana firman Allah:
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ
“Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi Kami hanya mengikuti apa yang telah Kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?”. (Al-Baqarah:170)
Dan Allah memberikan apresiasi yang sangat tinggi bagi orang-orang yang beriman dan berilmu, sehingga dengan imannya mampu menjaga jiwanya lebih dekat dengan Allah sementara dengan ilmunya mampu memberikan kebaikan dalam berbagai aktivitas ibadahnya dan mengangkat keduanya dengan derajat yang banyak. Allah SWT berfirman:
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan“. (Al-Mujadilah:11)
Dan hanya orang yang beriman yang berlandaskan ilmulah yang takut kepada Allah SWT. Allah berfirman:
إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
“Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (Fathir:28)
Sebagaimana yang paling ditakuti dan disegani syaitan adalah orang-orang yang berilmu bukan orang yang rajin beribadah saja. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits nabi saw:
فَقِيهٌ وَاحِدٌ أَشَدُّ عَلَى الشَّيْطَانِ مِنْ أَلْفِ عَابِدٍ
“Orang yang faqih (berilmu) lebih berat dan disegani oleh syaitan ketimbang seribu ahli ibadah”. (Ibnu Majah)
bahkan kematian  seribu ahli ibadah masih dianggap ringan oleh Umar daripada kematian satu alim (orang berilmu). Sebagaimana yang diungkapkan oleh beliau dalam kitab Bughyatul Harits jil 1 hal 261. beliau berkata:
لموت ألف عابد قائم الليل صائم النهار أهون من موت عاقل عقل عن الله أمره فعلم ما أحل الله له وما حرم عليه فانتفع بعلمه وانتفع الناس به
“Sungguh kematian seribu ahli ibadah, rajin qiyam lail, senantiasa puasa di siang hari lebih ringan daripada kematian satu orang yang berilmu dan memahami tentang Allah dan segala perintahnay, maka diapun memahami apa yang dihalalkan Allah dan diharamkan oleh-Nya, lalu ia memanfaatkan ilmu dengan mengajarkannya sehingga umat manusia dapat memanfaatkan pula”.
Oleh karena hendaknya, pada bulan Ramadhan seorang muslim harus bersyukur dan merasa berbahagia, karena pada bulan ini Allah menurunkan Al-Qur’an sebagai sumber dari segala ilmu dan undang-undang, tidak ada seorangpun yang mengambilnya kecuali akan mendapatkan cahaya hidayah, sebagaimana tidak ada seorangpun yang menjauhi kecuali akan tersesat. Dan kurikulum madrasah ramadhan al-mutamayyizah adalah Al-Qur’an. Dan hendaknya menggunakan kesempatan emas ini dapat dijadikan sarana memperbanyak dan memperluas ilmu tentang Islam dan permasalahan lainnya sehingga kelak ketika keluar dari madrasah ramadhan ini memperoleh predikat mumtaz (excellent), sangat baik sekali.
Ilmu yang diberikan Allah kepada manusia sangatlah penting, terutama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah dan semakin tunduk kepadanya. Semakin banyak ilmu pengetahuan yang dimiliki seharusnya membuat dirinya semakin takut kepada Allah. Bukan malah sombong, angkuh dan sok pintar serta manjauhkan diri dari Allah SWT. (Al-Qashash:78) dan seperti ungkapan arab: “Ketika semakin bertambah ilmunya, bukan bertambah namun bertambah jauh dari Allah”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar